Hormati Kebhinekaan, Hampir Purnah di 84 Tahun Sumpah Pemuda
- Minggu, 28 Oktober 2012 21:03
Padahal, imbuh Yuniyanti, 84 tahun silam, pada
pernyataan Sumpah Pemuda, para pemuda termasuk pemudi dari berbagai
latar belakang etnis, agama, geografis, dan ragam bahasa, meneguhkan
sebuah janji menjadi satu kesatuan untuk mengedepankan kepentingan
bangsa Indonesia dengan menghormati keberagaman yang ada di nusantara
Indonesia saat itu.
"Sumpah Pemuda adalah sebuah tekad membangun
visi dan fondasi berbangsa untuk melupakan ego mayoritas-minoritas dan
menepiskan kepentingan lokal, organisasional, etnis, agama dan
lain-lain, bersiteguh bersama menentang ketidakadilan, diskriminasi,
dehumanisasi, eksploitasi yang saat itu mewujud dalam bentuk
kolonialisme," paparnya.
Dipaparkan, spirit Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928
itu, juga beriring dan disusul 2 bulan kemudian dengan terjadinya
Kongres Wanita Indonesia Pertama, 22 Desember 1928, dengan spirit yang
sama, bahwa keberagaman bisa menjadi kekuatan untuk menjadikan nusantara
merdeka dari penindasan dalam bentuk apapun dan menggeliat bukan hanya
penindasan terhadap bangsa Indonesia, tetapi melangkah satu tahap lagi
untuk menentang penindasan terhadap perempuan yang kerap tenggelam dalam
agenda nasionalisme yang lebih besar.
Menurutnya, berbahasa satu, berbangsa satu, dan
bertanah air satu, bukan dimaksudkan untuk penyeragaman, tetapi justru
bersatu dalam keberagaman. Dari janji ini, lahirlah Indonesia yang hari
ini dihuni oleh lebih 207 juta penduduk dari lebih 300 kelompok etnis
dengan lebih dari 800 bahasa lokal dan dialek.