Jumat, 26 Agustus 2011

Artikel Pendidikan


Strategi Pembelajaran - Secara umum strategi dapat diartikan sebagai suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi juga bisa diartikn sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.

Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Sanjaya, 2007 : 126).


Kemp (1995) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Dari pendapat tersebut, Dick and Carey (1985) juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa (Sanjaya, 2007 : 126).

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaranmerupakan suatu rencana tindakan (rangkaian kegiatan) yang termasuk juga penggunaan metide dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti bahwa di dalam penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu, artinya disini bahwa arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan, sehingga penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan. Namun sebelumnya perlu dirumuskan suatu tujuan yang jelas yang dapat diukur keberhasilannya.

Menurut Djamarah (2002 : 5-6) ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar yang meliputi hal-hal sebagai berikut:
  1. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.
  2. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat. 
  3. Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya. 
  4. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standar keberhasilan dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik buat penyempurnaan sistem instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.

Dari batasan di atas, dapat digambarkan bahwa ada empat pokok masalah yang sangat penting yang dapat dan harus dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar agar dapat berhasil sesuai dengang yang diharapkan.

Pertama, dapat dilihat bahwa apa yang dijadikan sebagai sasaran dari kegiatan belajar mengajar. Sasaran yang dituju harus jelas dan terarah, oleh karena itu maka tujuan dari pengajaran yang dirumuskan harus jelas dan konkret, sehingga mudah dipahami oleh anak didik.

Kedua, memilih cara pendekatan belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif untuk mencapai sasaran. Dan disini dapat dilihat bahwa bagaimana cara seorang guru memandang suatu persoalan, konsep, pengertian dan teori apa yang harus digunakan oleh seorang guru dalam memecahkan masalah suatu kasus, akan mempengaruhi hasilnya.

Ketiga, memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif. Metode dan teknik penyajian untuk memotivasi anak didik agar mampu menerapkan pengetahuan dan pengalaman untuk memecahkan masalah.

Keempat, menerapkan norma-norma atau kriteria keberhasilan sehingga guru mempunyai pegangan yang dapat dijadikan sebagai ukuran untuk menilai sampai sejauh mana keberhasilan tugas-tugas yang telah dilakukannya. Sehingga suatu program baru bisa diketahui keberhasilannya setelah dilakukan evaluasi. Sistem penilaian dalam kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu strategi yang tidak bisa dipisahkan dengan strategi dasar yang lain.
Menurut Sanjaya (2007 : 177 – 286) ada beberapa strategi pembelajaran yang harus dilakukan oleh seorang guru:
d.    Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir
Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada kemampuan berpikir siswa. Dalam pembelajaran ini materi pelajaran tidak disajikan begitu saja kepada siswa, akan tetapi siswa dibimbing untuk proses menemukan sendiri konsep yang harus dikuasai melalui proses dialogis yang terus menerus dengan memanfaatkan pengalaman siswa.
Model strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir adalah model pembelajaran yang bertumpu kepada pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui telaahan fakta-fakta atau pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang diajarkan.

Dari pengertian di atas terdapat beberapa hal yang terkandung di dalam strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir. Pertama, strategi pembelajaran ini adalah model pembelajaran yang bertumpu pada pengembangan kemampuan berpikir, artinya tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran adalah bukan sekedar siswa dapat menguasai sejumlah materi pelajaran, akan tetapi bagaimana siswa dapat mengembangkan gagasan-gagasan dan ide-ide melalui kemampuan berbahasa secara verbal.

Kedua, telaahan fakta-fakta sosial atau pengalaman sosial merupakan dasar pengembangan kemampuan berpikir, artinya pengembangan gagasan dan ide-ide didasarkan kepada pengalaman sosial anak dalam kehidupan sehari-hari dan berdasarkan kemampuan anak untuk mendeskripsikan hasil pengamatan mereka terhadap berbagai fakta dan data yang mereka peroleh dalam kehidupan sehari-hari.

Ketiga, sasaran akhir strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir adalah kemampuan anak untuk memecahkan masalah-masalah sosial sesuai dengan taraf perkembangan anak.

e.    Strategi pembelajaran kooperatif

Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam strategipembelajaran kooperatif yaitu: (a) adanya peserta dalam kelompok, (b) adanya aturan kelompok, (c) adanya upaya belajar setiap kelompok, dan (d) adanya tujuan yang harus dicapai dalam kelompok belajar..

Strategi pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen), sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok tersebut menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan.


g.    Strategi pembelajaran afektif

Strategi pembelajaran afektif memang berbeda dengan strategi pembelajaran kognitif dan keterampilan. Afektif berhubungan dengan nilai (value), yang sulit diukur, oleh sebab itu menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam diri siswa. Dalam batas tertentu memang afeksi dapat muncul dalam kejadian behavioral, akan tetapi penilaiannya untuk sampai pada kesimpulan yang bisa dipertanggung jawabkan membutuhkan ketelitian dan observasi yang terus menerus, dan hal ini tidaklah mudah untuk dilakukan. Apabila menilai perubahan sikap sebagai akibat dari proses pembelajaran yang dilakukan guru di sekolah kita tidak bisa menyimpulkan bahwa sikap anak itu baik, misalnya dilihat dari kebiasaan berbahasa atau sopan santun yang bersangkutan, sebagai akibat dari proses pembelajaran yang dilakukan guru. Mungkin sikap itu terbentuk oleh kebiasaan dalam keluarga dan lingkungan keluarga. 

Strategi pembelajaran afektif pada umumnya menghadapkan siswa pada situasi yang mengandung konflik atau situasi yang problematis. Melalui situasi ini diharapkan siswa dapat mengambil keputusan berdasarkan nilai yang dianggapnya baik.

Minggu, 05 Juni 2011

FOTO-FOTO KEGIATAN BERMUTU


BAB I I


BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A.    Deskripsi Teoretis    
Teori-teori yang akan dipaparkan dalam kajian pustaka ini berkaitan dengan penelitian tindakan yaitu meliputi 1) tinjauan tentang menulis, 2) pembelajaran menulis, 3) menulis pantun, dan 4) permainan kalimat berantai.

1.         Tinjauan  Menulis
a.    Pengertian Menulis
Pada hakikatnya keterampilan menulis terkait dengan keterampilan berbahasa yang lain yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara dan keterampilan membaca. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Keterampilan menulis tidak langsung datang dengan sendirinya melainkan harus banyak dilakukan dengan latihan dan praktik secara langsung. Suyitno (1985:40) mengungkapkan bahwa menulis adalah keterampilan seseorang untuk mengekspresikan pikiran, perasaan, dan sikapnya ke dalam bahasa tulis.
b.    Tujuan Menulis
Setiap jenis tulisan mengandung beberapa tujuan, tetapi karena tujuan itu sangat beraneka ragam, maka perlu diperhatikan kategori tujuan menulis yaitu memberitahukan atau mengajar, meyakinkan atau mendesak, menghibur atau menyenangkan, mengutarakan atau suatu mengekspresikan perasaan dan emosi yang berpai-api (Tarigan 1986:23).
c.    Fungsi Menulis
Banyak sekali manfaat atau keuntungan yang dapat diperoleh dari kegiatan menulis. Menurut Tarigan (1986:22), menyebutkan beberapa fungsi menulis bagi pelajar: (1) menulis memudahkan pelajar untuk berpikir kritis, (2) menulis memudahkan untuk merasakan dan menikmati hubungan kemanusiaan yaitu sistem tempat penulisan dan pembaca bersatu dalam berbagai pengetahuan, nilai-nilai prespektif dalam suatu masyarakat., (3) menulis memperdalam daya tangkap, (4) menulis memecahkan masalah-masalah yang dihadapi,  (5) menulis menyusun pengalalamanan. (6) Menulis dapat membantu menjelaskan pikiran pikiran kita apa yang kita rasakan,masalah dan kejadian yang kita hadapi.

2.    Pembelajaran Menulis
Pembelajaran menulis adalah sebuah proses yang dapat tidak diperoleh secara tiba-tiba tapi memerlukan tahapan-tahapan yang disesuaikan dengan tingkat kelas dan kesulitan serta jenis dan bentuk tulisan. Hairuddin,dkk. (2007:3-28). Sejalan dengan hal tersebut maka pembelajaran menulis permulaan sangat penting karena sebagai dasar untuk pembelajaran menulis berikutnya. Dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Menyatakan hendaknya siswa mampu mengungkapkan gagasan, pendapat, dan pengetahuan secara tertulis dan memiliki kegemaran menulis.
Kemampuan adalah kesiapan atau kesanggupan seseorang       menggunakan bahasa yang menggunakan bahasa yang memadai dilihat dari sistem bahasa,  Kamus Besar Bahasa Indonesia. Berikut dikemukakan beberapa batasan tentang kemampuan oleh beberapa ahli diantaranya:
kemampuan diartikan sebagai suatu kesanggupan atau kecakapan seseorang untuk melakukan sesuatu Munyanto (1975).
Kemampuan didevinisikan sebagai kesanggupan seseorang dalam memecahkan masalah. Zondan (Tarigan : 1986). Berdasarkan batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kesanggupan atau kesiapan siswa untuk mengerjakan tugas yang diwujudkan melalui tindakan untuk meningkatkan hasil belajarnya. Dalam hal ini merujuk pada judul penelitian maka kemampuan yang dimaksud  adalah kemampuan menulis pantun.

3.   Menulis Pantun
a.    Ciri-ciri Pantun
Pada dasarnya tulisan sastra itu memiliki jenis yang beragam seperti cerpen, novel, roman, puisi, pantun, syair dan dongeng. Pantun merupakan salah satu karya sastra Melayu yang sampai sekarang masih dikembangkan. Kata pantun mempunyai arti ucapan yang teratur, pengarahan yang mendidik. Pantun juga berarti sindiran.
Menurut Zaidan Hendy (1990), pantun mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1) tiap bait terdiri atas empat baris kalimat, 2)tiap bait terdiri atas 4-6 kata atau 8-12 suku kata, 3) baris pertama dan kedua disebut sampiran dan baris ketiga dan keempat disebut isi, sampiran melukiskan alam dan kehidupan sedangkan isi pantun berkenan dengan maksud pemantun, 4) bersajak  ab- ab atau aa-aa, artinya bunyi akhir baris pertama sama dengan bunyi akhir baris ketiga dan bunyi akhir baris kedua sama dengan bunyi akhir baris keempat, di samping itu 6) tiap bait pantun selalu dapat berdiri sendiri, kecuali pada pantun berkait, 7) pantun yang baik, bermutu ada hubungannya antara sampiran dan isi. (dalam http:/gora.edublogs.org/201101/09kompetisi-nasional-guru-inovatif-2011/)
Contoh pantun :      
Angkat kaki hindari batu
Silau mata bersinar-sinar
Tidak baik melawan guru
Karna beliau setia mengajar
b.   Karakreristik Pantun
Pantun adalah sebuah puisi lama yang amat memperhatikan aspek kebahasaan, sehingga tidak salah jika dikatakan bahwa pantun adalah bahasa yang tersaring penggunaannya . Artinya, pemilihan bahasa itu terutama aspek diksi telah melewati seleksi ketat, dipertimbangkan dari berbagai sisi baik yang menyangkut unsur bunyi, bentuk, dan makna yang semuanya harus memenuhi persyaratan untuk memperoleh efek keindahan . Dengan kata lain keberhasilan sebuah pantun tergantung dari keberhasilan pemilihan kata dan susunan kata menjadi larik-larik pantun sebagaimana contoh pantun yang dikemukakan di atas.
Dari contoh tersebut dapat dideskripsikan beberapa unsur pantun antara lain : 1). Aspek bunyi. Bunyi merupakan hal yang penting yang menentukan keberhasilan pantun sebagai  sebuah karya seni. Pantun dipandang sebagai permainan bahasa lewat seleksi kata-kata. Persajakan atau rima pola perulangan bunyi yang sengaja ditimbulkan dan didayakan lewat untuk mencapai keindahan, merdu dan enak didengar. 2). Unsur kata. Kata-kata adalah pengunsurmakna yang utama dan sekaligus penyedia warna keindahan sebuah pantun. 3). Sarana retorika. Sarana retorika merupakan unsur yang   efektif untuk memperindah stile sebuah teks pantun dan kesastraan pada umumnya . Sarana retorika dimaksudkan untuk lebih menggayakan dan menghidupkan pengekspresian serta untuk memperoleh efek khusus yang bernilai lebih. Nurgiyantoro ( 2005 : 312-330)

1.    Permainan merangkai kalimat
Dalam proses kegiatan belajar mengajar diperlukan berbagai metode, teknik, pendekatan, media dan strategi. Hal tersebut diperlukan agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan berhasil mencapai tujuan. Kehadiran  strategi pembelajaran sangat diperlukan dalam memperlancar proses belajar mengajar baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Salah satu strategi pembelajaran yang bisa mengaktifkan siswa adalah dengan menggunakan permainan. Permainan adalah melakukan kegiatan untuk mendapatkan kesenangan/kegembiraan . Imam Taufik (2010:741). Dengan permainan siswa akan merasa senang sehingga pembelajaran akan bermakna.
Salah satunya adalah permainan merangkai kalimat. Merangkai dapat diartikan sebagai kegiatan menggabungkan banyak bahan sehingga menjadi kesatuan yang utuh. Imam Taufik (2010:873).
Permainan pada hakekatnya merupakan suatu aktivitas untuk memperoleh ketrampilan tertentu dengan cara menggembirakan. Kapita Selekta (2007:170).
Dalam pelajaran Bahasa Indonesia permainan yang dimaksud adalah permainan Bahasa yang artinya teknik pengajaran Bahasa dengan cara mengembirakan untuk melatih ketrampilan berbahasa tertentu. Soeparno (1998:60).
Ciri utama permainan yang membedakan dari bermain adalah adanya peraturan dan aturan itu harus di setujui dan ditaati oleh semua pemain.  Demikian juga halnya dengan  permainan kalimat berantai, dimana siswa dibagi menjadi kelompok –kelompok kecil, tiap kelompok terdiri dari 4 orang siswa. Setiap kelompok diberi tema pantun yang yang sama. Cara permainannya adalah, siswa yang mendapat giliran pertama berhak menuliskan larik pertama di lembar kertas yang diberi oleh guru, kemudian siswa yang kedua melanjutkan menuliskan larik kedua, dan seterusnya hingga terbentuk satu bait pantun. Masing-masing kelompok berkompetisi untuk menjadi pemenang. Kelompok yang cepat menyelesaikan pantunnya segera mengumpulkan ke depan kelas dengan nama kelompoknya . Pemenangnya adalah kelompok yang berhasil selesai duluan dan hasil pantunnya sesuai dengan syarat-syarat pantun.
Dari uraian di atas yang dimaksud dengan menulis pantun dengan permainan merangkai kalimat adalah suatu pembelajaran yang menggunakan strategi permainan  yang menuntut seluruh siswa agar terlibat aktif dalam pembelajaran tetapi dengan cara yang menyenangkan sehingga pembelajaran akan bermakna dan bisa mencapai tujuan. Dengan permainan merangkai kalimat guru dapat menciptakan proses belajar mengajar yang lebih menarik.
B. Kerangka berfikir

C. Hipotesis Tindakan
          Hipotesis tindakan yang diajukan  dalam penelitian tindakan kelas ini adalah dengan mengoptimalkan penggunaan permaian merangkai kalimat dalam pembelajaran maka kemampuan menulis pantun siswa kelas IV SD Negeri 1 Perampuan Kecamatan Labuapi dapat meningkat.

Kamis, 02 Juni 2011

PROPOSAL PTK KELAS IV Bahasa Indonesia


PENDAHULUAN


A.  Latar Belakang Masalah
Bahasa Indonesia memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.
Ruang lingkup standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu kemampuan berbahasa meliputi sub aspek mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis yang berkaitan dengan teks-teks non sastra dan kemampuan bersastra melalui subaspek mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis yang berkaitan dengan teks-teks sastra.
Salah satu standar kompetensi dari mata pelajaran bahasa Indonesia yang harus dikembangkan melalui pembelajaran di Sekolah Dasar menyangkut sub aspek menulis adalah menulis pantun. Standar kompetensi yang diharapkan tercapai adalah  mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara tertulis dalam bentuk karangan, pengumuman, dan pantun anak. Secara spesifik kompentensi dasar dari standar kompetensi tersebut adalah membuat pantun anak yang menarik tentang berbagai tema (persahabatan, ketekunan, kepatuhan, dll.) sesuai dengan ciri-ciri pantun  (Puskur : 2006).
Namun demikian berdasarkan pengalaman dan pengamatan penulis terhadap siswa-siswi kelas IV SDN 1 Perampuan Kecamatan Labuapi para siswa pada umumnya kurang tertarik pada pelajaran menulis pantun. Hal ini dibuktikan dengan rerata hasil ulangan bahasa Indonesia semester I, nilai siswa kelas  IV SDN 1 Perampuan khususnya pada kompetensi menulis pantun  menunjukkan baru 9 orang (sekitar 22,5%) dari 40 orang siswa yang berhasil sisanya 31 orang siswa (sekitar 77,5%) belum berhasil. Faktor penyebab rendahnya tingkat ketuntasan belajar siswa  yaitu dari diri siswa sendiri diantaranya :  1) siswa kurang berminat dalam menulis pantun karena menganggap menulis  itu sulit, 2) kurangnya motivasi dan keterampilan menulis pada diri siswa, 3) Banyak siswa yang mengeluh dalam menulis pantun dengan teknik konvensional yaitu diberi penjelasan materi yang kemudian diikuti dengan kegiatan  menulis pantun di dalam kelas. Faktor guru,  guru enggan memberikan pelajaran menulis pantun karena sering  tidak mendapat respon positif dari siswa. Hal ini disebabkan guru kurang memberi motivasi kepada siswa. Sehingga, siswa kurang mendapat pelatihan dalam menulis pantun, guru kurang vareatif dalam penggunaan metode pembelajaran, penguasaan strategi pembelajaran masih kurang.
Berdasarkan uraian  di atas  guru diharapkan pandai mengelola kelas agar kegiatan proses belajar-mengajar dapat tercapai sesuai dengan tujuan. Untuk itu, perlu digunakan pendekatan, strategi, metode dan teknik atau model pembelajaran yang tepat. Oleh karena itu untuk memperbaiki kemampuan menulis pantun peneliti akan menggunakan strategi permainan dalam hal ini permainan kalimat berantai. Dipilihnya strategi permainan dalam pembelajaran menulis pantun karena dengan permainan siswa akan merasa senang sehingga pembelajaran akan bermakna. Demikian juga halnya dengan permainan kalimat berantai, guru dapat menciptakan proses belajar mengajar yang lebih menarik dan memungkinkan seluruh siswa terlibat aktif pada saat proses pembelajaran. Kapita Selekta (2007 : 175-176). Atas dasar itu penulis tertarik untuk melakukan  penelitian tindakan kelas dengan judul, Peningkatan Kemampuan Menulis Pantun Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Perampuan Kecamatan Labuapi dengan menggunakan permainan  kalimat berantai.

B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah ”Bagaimanakah peningkatan kemampuan menulis pantun siswa kelas IV SDN 1 Perampuan Kecamatan Labuapi dengan menggunakan permainan  kalimat berantai ?”

C.  Pembatasan Masalah
Penelitian ini hanya dibatasi pada masalah yang berkaitan dengan:
1.    Penggunaan strategi permainan kalimat berantai untuk meningkatkan kemampuan menulis pantun.
2.    Penelitian tindakan ini dilakukan pada siswa kelas kelas IV semester II SD Negeri 1 Perampuan Kecamatan Labuapi.

D.  Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas tujuan penelitian ini adalah          mengupayakan  peningkatan kemampuan menulis pantun siswa kelas IV SD Negeri 1 Perampuan Kecamatan Labuapi melalui optimalisasi penggunaan strategi  permainan  kalimat berantai.
E.  Manfaat Penelitian
             Manfaat teoritisnya adalah usaha memperbaiki mutu pendidikan dan mempertinggi interaksi belajar-mengajar khususnya dalam pembelajaran menulis pantun.Secara praktis hasil penelitian ini dapat bermanfaat:

Bagi Siswa:
1.         Meningkatkan keterampilan menulis
2.         Mengembangkan kreativitas siswa untuk aktif, dan berfikir kritis.
3.         Meningkatkan gairah dan kesungguhan siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia terutama pada pembelajaran menulis.

Bagi Guru:
  1. Meningkatkan pengetahuan serta pengalaman guru tentang penggunaan permainan kalimat berantai dalam pembelajaran keterampilan menulis.
  2. Memotivasi guru dalam menggunakan berbagai strategi pembelajaran.
3.      Bahan pertimbangan dan informasi dalam memilih strategi pembelajaran yang sesuai, efektif dan eisien dalam pembelajaran.
  1. Meningkatkan keprofesionalan guru dalam pembelajaran.

Bagi Sekolah:
1.   Iklim belajar dan pembelajaran menjadi lebih baik dan variatif.
2.   Kualitas lulusan akan meningkat.

F.   Definisi Operasional
Untuk menghindari perbedaan pemahaman istilah yang digunakan dalam judul penelitian dan pertanyaan penelitian, perlu diberikan definisi operasional sebagai berikut:
1.    Keterampilan menulis adalah keterampilan seseorang untuk mengekspresikan pikiran, perasaan, emosi, dan dalam bahasa tulis.
2.    Pantun adalah karya sastra lama (karya sastra melayu) yang masih   berkembang sampai saat ini yang terdiri dari empat baris dalam satu bait bersajak ab-ab/aa-aa, baris pertama dan kedua disebut sampiran, baris ketiga dan keempat disebut isi.
3.    Permainan kalimat  berantai adalah permainan menulis pantun dalam kelompok yang terdiri dari 4 orang dalam setiap kelompok yang mempunyai tugas masing-masing yang saling melengkapi sesuai dengan syarat-syarat pantun.
G.  PEMECAHAN MASALAH
Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka dalam penelitian ini peneliti  akan mengoptimalkan penggunaan strategi permainan kaliamt berantai dengan langkah-langkah sbb :
  1. Guru membagi kelompok kecil, tiap kelompok terdiri dari empat orang siswa.
  2. Guru mengajukan sebuah contoh pantun, kemudian dari contoh tersebut guru melanjutkan kegiatan pembelajaran dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa dimana respon/jawaban siswa atas pertanyaan tersebut akan menggiring mereka untuk menemukan sendiri syarat-syarat  dalam membuat  sebuah pantun.
  3. Guru menjelaskan aturan permainan kalimat berantai dalam membuat pantun dengan tema yang sudah ditentukan sebagai berikut, siswa nomor 1 dan nomor 2 bertugas membuat baris pertama dan kedua (sampiran pantun), sedangkan siswa nomor 3 dan nomor 4 membuat baris ketiga dan keempat (isi pantun) .
  4. Siswa secara berkelompok menyelesaikan lembar kerja yang telah disediakan berdasarkan penjelasan yang telah disampaikan guru sebelumnya. Setiap kelompok masing-masing membuat dua pantun.
5.      Siswa ditugaskan mempresentasikan hasil kelompoknya .
6.      Kelompok yang  menyelesaikan tugas yang lebih dahulu dengan memenuhi syarat-syarat pantun itulah yang jadi juara.
 ( bersambung........................)